- Home >
- Seputar Pelajaran dan Tugas >
- Cerpen
Posted by : Unknown
Minggu, 02 Juni 2013
Pelayan Iblis
Aku teringat
masa bahagia kita berdua, tapi sebentar lagi aku akan meninggalkanmu untuk
selamanya. Hari ini, tepat hari kelahiran kita berdua. Aku ingin selalu
bersamamu untuk melindungimu, namun sayang, malaikat akan segera menjemputku.
Sebelum pisau tajam itu memenggal kepalaku, aku teringat akan pengalaman
indahku bersamamu.
Kita terlahir sebagai satu jiwa
yang berbeda tubuh. Kau adalah adikku seorang dan hanya keluargaku. Kita dibesarkan
oleh lingkungan yang damai. Tuhan telah memberkati kita dengan suara lonceng
gereja saat kita lahir. Senyummu selalu membuatku bahagia.
Sore itu kita berjalan-jalan ke
pantai, sudah lama rasanya aku tidak melihat pantai seindah ini. Ketika aku
sedang memandangi indahnya laut, tiba-tiba kau mengatakan,”Kakak ayo kita
menulis impian kita, lalu kita kubur di pantai ini. Setelah kita mencapai
impian kita, lalu kita buka kembali surat dalam botol ini”. “ya,” kataku. Saat
itu aku menulis ‘Untuk melindungi Rin,
adikku untuk selamanya’ tak sengaja aku melihat impian yang kau tulis, ‘Untuk bersama Len, kakakku untuk
selamanya’. Hari-hari itu kita lalui berdua.
Beberapa hari berselang, sebuah
kereta kerajaan datang. Lalu mereka membawamu pergi dariku, aku berusaha meraih
tanganmu, namun sayang tanganku tak mampu meraih tanganmu. Air mata ini tidak
bisa aku tahan lagi, semuanya terjatuh membasahi pipiku, aku melihat kau
menangis di dalam kereta itu. Apakah ini takdir bagi seorang anak kembar yang
harus dipisahkan oleh takdir?
Hari-hariku kini mulai berubah, aku
mulai belajar dan bekerja keras untuk membawamu pulang dan memulai hidup kita
lagi. Terkadang aku mendengar angin dan burung-burung mengatakan kau sudah
mulai menyukai hidupmu sekarang, dan kau menjadi perempuan yang sangat cantik.
Aku mulai mencarimu ke semua kota,
lalu aku mendengar kau berada di Kerajaan Kuning. Aku sangat bahagia mendengar
berita itu, kaki ini melangkah dengan cepat kesana, segera aku melamar menjadi
seorang pelayan disana. Siang itu juga aku pun diterima sebagai pelayan. Saat
aku disuruh membuat kue untuk sang putri, perlahan aku melangkah menuju kamar
sang putri. Saat aku membuka pintu besar itu, aku melihat dan mendengar suara
yang bertahun-tahun sudah tidak aku dengar. “K-Kakak,” Rin berlari kehadapanku
dan lalu dia memelukku erat. Air matanya pun jatuh membasahai bajuku ini.
Akhirnya aku bisa menemukanmu, dan melihat senyuman manis itu lagi.
Suatu hari, aku berkunjung ke
kerajaan tetangga. Aku melihat seorang gadis cantik, yang berambut indah, dia
menarik hatiku, namun sayang sepertinya dia telah dimiliki oleh pemuda lain.
Ketika aku kembali, aku melihat kau
menangis didalam kamar, air matamu mengalir membasahi sebuah foto ditanganmu,
foto itu adalah foto pemuda tadi yang aku lihat bersama gadis yang menarik
hatiku. “Aku harus melakukan sesuatu,” pikirku. Walaupun aku harus berubah
menjadi iblis, aku akan selalu membuat
kau bahagia, Rin.
Malam itu juga, aku meminta gadis
manis itu menemuiku, aku mengajaknya ke hutan. “Hey, Len, apa yang ingin kau
sampaikan?” tanyanya lembut.
“Maaf,” suaraku lemah. Aku
mengeluarkan sebuah pisau kecil dari sakuku lalu aku berlari menusukan pisau
itu kepadamu. Tusukan itu mendarat tepat di perutmu. Air mataku jatuh tak ada
hentinya. “Maafkan aku, ini semua demi kebahagian adikku seorang, a-aku
men-mencintaimu,” tangisku. Gadis itu tersenyum lalu meninggal dipelukanku.
Keesokan harinya, aku memberi kabar
ini kepadamu, Air mata yang kau jatuhkan kemarin telah menjadi senyum manis
yang selalu membuatku tenang. Hari ini kau mengajakku piknik. Aku telah
menyiapkan kue kesukaanmu, dan kita berdua piknik di taman bunga yang indah.
Hari-hari itu tak indah selamanya,
rakyat mulai marah dan mereka mulai memberontak kerajaanmu. Mereka meminta
revolusi dan kedamaian. Walaupun semua orang membencimu, aku akan selalu
bersamamu. Burung-burung mengatakan, akan ada seorang yang akan membunuhmu, dan
dia sangatlah kuat.
Aku bergegas memanggilmu.
“Rin, pergilah dari kerajaan ini,”
kataku.
“Tapi kenapa?”
“Dunia telah membencimu, dan aku
akan menanggung kebencian itu, lekaslah kenakan pakaianku dan bersembunyilah,
aku akan menggantikan tempatmu,” pintaku.
“Tapi, bagaimana dengan kakak?”
tanyanmu.
“Tidak apa-apa, semuanya akan
baik-baik saja, ayo lekaslah pergi,” kataku.
Dengan berat hati, kau pergi
berlari meninggalkanku. Kini aku telah mengenakan pakaianmu, dan kini aku
menjadi dirimu, tak akan ada yang bisa membedakan kita, karena kita ini kembar.
Amukan masa seakan menusukku
dingin, namun aku telah membulatkan tekadku, semua ini hanya untukmu. Ksatria
itu datang membawa pedang besar, dan dia menangkapku. Tak bisa melawan, hanya
pasrah yang ada.
Sekarang tepat hari kelahiran kita,
namun aku tidak akan bersamamu lagi. Hari ini aku akan menanggung semua dosamu.
Pisau tajam berada tepat diatas kepalaku, papan usang yang sudah lama tak digunakan
kita akan dibasahi darahku. Eksekusi itu akan segera dilakukan, tiba-tiba aku
mendengar langkah kaki dan tiba-tiba, kau telah berada didepanku. “K-Kakak,”
pandanganku hanya tertuju padamu, tak beberapa lama kau menunjukan senyuman
manismu kepadaku, aku membalas senyuman itu dengan senyumku. “Terima kasih,”
kataku.
Pisau besar itu dijatuhkan lalu
memotong kepalaku. Semuanya gelap, dan aku hanya mendengar suara air mata
berjatuhan dari pelupuk matamu. Kini kita akan berpisah selamanya. “Rin,
hiduplah untukku, dan tetaplah tersenyum,”.